PENDAHULUAN
Kemunculan coffee shop yang marak pada era modern saat ini tumbuh seiring
dengan meningkatnya mobilitas dan gaya hidup masyarakat Indonesia. Pada tahun
2011, merupakan puncak tertinggi nilai pertumbuhan coffee shop di Indonesia, yaitu melebihi angka 15% (Lawrance &
Wicaksono, 2013). Kedai kopi modern di Indonesia pertama dipelopori oleh
industri kopi Starbucks, pada peringkat kedua Excelso Cafe yang merupakan coffee shop lokal, dan peringkat ketiga
adalah The Coffee Bean & Tea Leaf. Merek coffee shop lokal yang tidak kalah bersaing dengan merek
internasional di Indonesia tersebut telah menyebabkan tren pertumbuhan coffee
shop di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun (Afriyanti, Sintia.;
Rasmikayati, 2018).
Pertumbuhan jumlah kedai kopi juga
terjadi di wilayah Jatinangor. Jatinangor merupakan wilayah yang dominasi
penghuninya adalah mahasiswa, sehingga memiliki potensi untuk mengembangkan
bisnis coffee shop. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah coffee shop yang
terus bertambah, baik dalam skala kecil (depot) maupun skala besar (cafe) di Jatinangor. Ditengah maraknya
persaingan kedai kopi yang ketat di Jatinangor, terdapat salah satu kedai kopi
yang baru didirikan tahun 2019 yaitu Trafeeka Coffee yang menghadirkan menu kopi
susu rempah dengan bahan baku biji kopi dari Tapanuli Utara.
Setiap coffee
shop memiliki value
masing-masing, dimana value tersebut
merupakan strategi pemasaran mereka untuk menarik perhatian pasar sehingga
dapat menaikkan omzet tiap bulannya dan sebagai tolak ukur pengembangan bisnis
kedepannya. Misalnya, Plumeria Jatinangor yang terkenal dengan tempatnya yang
Instagramable, Balad Coffee dengan varian menu kopinya yang enak, Kopi Soe
dengan menu unik “Es Kopi Rum”, dan masih banyak lagi. Trafeeka Coffee sendiri
ingin menghadirkan value berupa produk kopi khas Tapanuli Utara dengan
memberikan experience baru berupa aftertaste rasa rempah yang unik.
Terdapat tiga jenis rempah yang digunakan, yaitu rempah kayu manis, kapulaga,
serta cengkeh yang dirasa cocok dipadukan dengan karakteristik kopi Tapanuli
Utara. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis selaku salah satu pemilik
kedai kopi Trafeeka Coffee tertarik untuk melakukan inovasi pengembangan produk
kopi susu rempah dengan tujuan untuk menemukan formulasi yang paling enak
menurut preferensi konsumen
ide ini diawali dengan
penentuan formula yang akan dikembangkan menggunakan uji ranking. Setelah
ditemukan formula yang akan dikembangkan, lalu dilakukan perancangan pengembangan
produk dengan pendekatan Lean Startup,
menggunakan tool Lean Canvas, dengan
mengandalkan iterasi (langkah pengulangan) dari produk ke pasar untuk
mendapatkan feedback yang berkualitas
secepat mungkin menggunakan siklus build-measurelearn
pada tahap market testing. Pada
proses iterasi (BML Loop) digunakan
pendekatan menggunakan tools Empathy Map,
Value Proposition, dan Uji
Organoleptik sebagai pengukuran daya penerimaan produk terhadap konsumen. Hasil
dari proses pengembangan produk divalidasi melalui proses Minimun Viable Product yang digunakan untuk evaluasi perbaikan
produk selanjutnya ,dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil akhir berupa
penerimaan produk yang seiring dengan peningkatan penjualan produk. Berikut
tahapan penelitian yang akan dilakukan dalam bentuk diagram dibawah ini.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode
wawancara terstuktur, dimana wawancara dilakukan langsung oleh peneliti kepada
konsumen dengan pertanyaan yang sudah disiapkan kedalam form uji hedonik yang
berisi tingkat kesukaan konsumen terhadap produk, serta saran berupa kekurangan
produk yang diberikan terkait pengembangan produk. Konsumen didapatkan melalui
metode purposive sampling yaitu
konsumen yang biasa mengonsumsi kopi di lingkungan mahasiswa di Jatinangor,
dengan jumlah sebanyak 30 orang. Jenis data yang akan didapatkan berupa data
primer yang diperoleh dari hasil pengolahan data uji hedonik, dan hasil
wawancara yang dilakukan pada ahli sensori kopi terlatih serta konsmen Trafeeka
Coffee
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam proses pengembangan produk
kopi susu rempah Trafeeka Coffee, penulis merancang strategi pengembangan
produk yang sesuai bagi startup Trafeeka Coffee sebanyak tiga kali iterasi
dengan tahapan Minimum Viable Product,
sehingga didapatkan formula produk kopi susu rempah yang disukai oleh konsumen
pada tahap MVP ketiga. Pada tahap MVP 1, verifikasi dilihat berdasarkan tingkat
penerimaan produknya, jika produk diterima oleh konsumen maka proses
pengembangan produk dapat dilanjutkan ke tahap MVP 2. Pada tahap MVP 2,
pengembangan produk dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya jika tingkat
kesukaan produk meningkat, sehingga didapatkan formula produk kopi susu rempah
yang disukai oleh konsumen pada MVP 3.
Minimum Viable Product
Minimum
Viable Product merupakan model pengujiam produk yang akan ditawarkan ke
pasar untuk mengetahui respon balik dari konsumen mengenai kelebihan serta
kekurangan produk secara cepat (dalam kasus ini sebanyak tiga kali pengulangan)
serta memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang target pasar yang
dituju dengan menggunakan siklus build-measure-learn
(Ries, 2011).
Berdasarkan feedback loop diatas, langkah pertama
adalah memasuki fase build dengan
menggunakan Minimum Viable Product (MVP).
Penggunaan MVP memungkinkan kita untuk mendapatkan hasil pembelajaran dengan
jumlah usaha yang minimum dan waktu pengembangan paling sedikit. Ketika
memasuki fase measure, tantangan
terbesar yang dihadapi adalah menentukan apakah upaya pengembangan produk
mengarah pada hasil yang nyata. Pendekatan secara kuantitatif tersebut
memungkinkan kita untuk melihat apakah usaha yang telah dilakukan membuahkan
hasil dan membuat pembelajaran (learn)
dari hasil yang dicapai. Pembelajaran tersebut digunakan sebagai langkah untuk
menilai kemajuan secara akurat dan objektif. Setelah menyelesaikan alur feedback loop selanjutnya dihadapkan
pada koreksi (pivot) terhadap
strategi awal atau bertahan. Jika ditemukan bahwa salah satu hipotesis salah,
maka perlu dilakukan perubahan dengan membuat hipotesis baru yang strategis
(Ries, 2011). Berikut hasil pengembangan produk dengan mengikuti konsep BML Loop.
Value Proposition
Value
Proposition dirancang sebelum tool
Lean Canvas untuk mengatahui value dari
produk yang akan dikembangkan, sehingga sesuai dengan kebutuhan konsumen yang
dituju. Value proposition
menggambarkan gabungan antara produk dan layanan yang menciptakan nilai untuk customer segments secara spesifik.
Nilainya dapat berupa kuantitatif (contoh: harga, kecepatan layanan) atau
kualitatif (contoh: desain dan pengalaman konsumen) (Osterwalder & Pigneur,
2010). Value Proposition dirancang
untuk menciptakan value untuk
konsumen agar produk yang ditawarkan dapat dirasakan manfaatnya. Berikut hasil
perancangan tool value proposition canvas
pada gambar dibawah ini.
Job to be done
Job to
be done, merupakan gambaran target apa yang harus dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, yaitu jenis
minuman kopi susu yang sudah berjamur dipasaran. Trafeeka Coffee ingin
memberikan inovasi produk yang berbeda, yaitu produk kopi susu dari biji kopi
spesialty Tapanuli Utara dengan perpaduan sirup rempah. Trafeeka ingin menyampaikan
experience
baru dalam menikmati kopi susu, yaitu sirup rempah yang dipadukan dengan
kopi susu, menciptakan rasa dan
aftertaste
yang unik dengan formula yang enak dan disukai konsumen.
Pains and gains
Produk
kopi susu rempah masih terbilang baru dipasaran, maka termasuk kedalam
permasalahan yang dihadapi Trafeeka Coffee pada blok pains. Namun, terdapat beberapa manfaat yang ditawarkan oleh
Trafeeka Coffee melalui produknya selain mendapatkan experience baru dengan biji kopi spesialty khas Tapanuli Utara,
yaitu formula yang ditawarkan enak, dengan rasa rempah yang seimbang serta
konsisten pada setiap produksinya. Pain relievers
Blok
pain relievers dilakukan sebagai
langkah untuk mengurangi kesalahan pada blok customer pains sebelumnya. Karena produk masih asing di lidah
kosumen, maka usaha yang perlu dilakukan adalah branding knowledge produk dan perluasan pasar. Trafeeka sebagai
pelaku usaha perlu mengedukasi konsumen mengenai produk berupa komposisi apa
saja yang digunakan, salah satunya adalah keunikan sirup rempah yang digunakan,
dan karakteristik rasa kopi yang disajikan. Hal ini juga dapat mempermudah
Trafeeka dalam memperluas jangkauan pasarnya. Gains creator
Blok gain
creator merupakan usaha yang dilakukan agar produk memberikan value dengan menjawab kebutuhan
konsumen. Trafeeka menginginkan value yang
ditawarkan melalui produk tersampaikan kepada konsumen, yaitu experience rasa unik dan nikmat kopi
Tapanuli Utara. Selain itu, untuk rasa yang enak dengan formula yang konsisten
setiap tahapan produksinya dilakukan usaha berupa menjaga kualitas bahan yang
digunakan.
Perancangan Lean Canvas pada Trafeeka Coffee
Lean
canvas merupakan adaptaasi Business
Model Canvas (BMC) oleh Alexander Osterwalder yang diciptakan Ash Maurya
dengan menjanjikan rencana bisnis dengan menggambarkan berbagai strategi
perencanaan dan pemasaran untuk kesuksesan kompetitif dan bisnis (Husnayain
& Mawardi, 2018). Lean canvas lebih
mudah digunakan dan difokuskan untuk pengembangan produk pada usaha rintisan
atau startup. Elemen yang terdapat
pada lean canvas diantaranya adalah;
masalah (problem), solusi (solution), proposisi nilai unik (unique value proposition), tolak ukur (key matrics), biaya pengeluaran (cost structure), arus pendapatan (revenue stream), kanal pemasaran (channel), segmentasi konsumen (customer segments), serta kelebihan produk
(unfair advantages) (Maurya, 2012). Berikut hasil rancangan lean canvas hasil tiga kali iterasi
sebagai strategi pengembangan produk Kopi Susu Rempah pada startup Trafeeka Coffee.
Masalah (Problem)
Blok masalah merupakan hal
pertama yang harus dianalisa oleh startup
Trafeeka Coffee dalam menggunakan lean
canvas dalam model bisnisnya. Bermula dari permasalahan dimana telah marak
berdirinya coffee shop di wilayah
Jatinangor, ketiga mahasiswa ingin merintis sebuah coffee shop dengan produk & service
yang berbeda dari kedai kopi lainnya. Salah satu inovasi produknya adalah
kopi susu dengan sirup rempah, namun apakah inovasi produk
tersebut dapat diterima oleh konsumen atau justru produk tidak laku dipasaran.
Perlu dilakukan perancangan
lean canvas yang
sesuai serta perlu dilakukan uji pasar (
market
test) berdasarkan preferensi konsumen.
Solusi (Solution)
Karena produk kopi susu rempah masih baru
dan asing di pasaran, maka Trafeeka perlu mengembangkan produknya agar tercipta
formula yang enak dan disukai konsumen, menjaga konsistensi rasa produk,
mengenalkan produk melalui branding
knowledge agar value tersampaikan,
serta melakukan pengembangan produk non kopi bagi konsumen bukan penikmat kopi.
Selain itu, peru dilakukan perluasan pasar untuk meningkatkan penjualan demi
kepentingan perkembangan bisnis Trafeeka Coffee kedepannya. Solusi dilaksanakan
menggunakan konsep Minimun Viable Product
(MVP) sebagai konsep pengukuran kelayakan suatu produk dalam waktu yang
singkat, dimana MVP dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan.
Segemetasi Konsumen (Customer Segments)
Target pasar Trafeeka Coffee pada awalnya
adalah mahasiswa, karena saat ini kedai kopi merupakan tempat bagi mahasiswa
berkumpul, mengerjakan tugas, serta kegiatan lain yang dilakukan di kedai kopi.
Setelah bisnis berjalan, konsumen Trafeeka Coffee tidak hanya mahasiswa,
terdapat pekerja kantoran, bahkan dosen, walaupun konsumen masih didominasi
oleh mahasiswa. Sehingga, selain yang sudah disebutkan sebelumnya, target pasar
Trafeeka Coffee disesuaikan menjadi usia produktif hingga 30 tahun keatas.
Unique Value Proposition
Keunikan bisnis Trafeeka Coffee
dibandingkan dengan kompetitor adalah inovasi produk berupa Kopi Susu Rempah, aftertaste pada produk merupakan experience yang ingin disampaikan kepada
konsumen, agar dapat menikmati produk kopi susu dengan rasa yang unik. Selain
itu, bahan dasar biji kopi yang digunakan berasal dari Tapanuli Utara yang
memilki karakteristik strong, body yang
tebal, serta tingkat keasaman yang pas dengan aftertase rasa buah beri, dimana belum banyak dijual oleh kompetitor.
Trafeeka ingin mengenalkan biji asal Taput ke luar pulau Sumatera, agar banyak
dikenal sehingga menignkatkan penjualan dalam negeri, dan petani lokal
sejahtera. Terakhir, konten kreatif merupakan salah satu strategi promosi
melalui media sosial agar menarik minat konsumen.
Channels
Karena target pasar Trafeeka Coffee adalah
mahasiswa dan orang dewasa usia produktif, maka dipilih media sosial Instagram
sebagai kanal pemasaran utama, karena mudah diakses dan terdapat fitur promosi
untuk memperluas jangkauan pasar. Selanjutnya, kerjasama dilakukan dengan The
Local Enablers sebagai suatu rumah kolaborasi yang mendukung bisnis
pemberdayaan lokal. Selain itu, Trafeeka aktif mengikuti events kemahasiswaan, melakukan kerjasama dengan mitra Go-Food, dan
membangun Google Business untuk memperluas pasarnya.
Revenue Streams
Sumber
pemasukan utama penting bagi pengembangan bisnis yang optimal. Pemasukan bagi
Trafeeka Coffee selain dari profit penjualan, adalah berasal dari event yang diikuti, GoFood dan sponsorship untuk kegiatan
kemahasiswaan. Selain dapat meningkatkan pendapatan, event yang diikuti mampu memperluas jangkauan pemasaran.
Biaya Pengeluaran (Cost
Structure)
Karena penelitian ini hanya
difokuskan pada pengembangan produk saja, maka pengeluaran utama adalah untuk
kegiatan research and development.
Karena, pada penelitian ini dilakukan percobaan-percobaan formula sampai
ditemukan formula yang disukai oleh konsumen. Rincian biayanya, termasuk biaya
operasional yaitu pembelian bahan baku (biji kopi), biaya roasting, serta tes pasar untuk mengetahui feedback perubahan formula kepada konsumen dan ahli sensori kopi.
Biaya equipment terkait maintenance mesin, listrik, pembelian
mesin baru untuk pengembangan produk baru, serta biaya lainnya.
Tolak Ukur (Key Matrics)
Key Matrics merupakan tolak ukur dari
progres aktivitas yang telah dilakukan. Hal ini penting karena, untuk
mengetahui perfoma bisnis yang dilakukan setiap harinya sehingga dapat
mengetahui fokus utama perbaikan demi terciptanya decision making agar strategi yang dilakukan kedepannya dapat lebih
baik. Dalam kasus bisnis Trafeeka Coffee key
matrics yang digunakan adalah, Trafeeka perlu memperhatikan revenues dan retention, dimana perlu dilakukan peningkatan jumlah penjualan
produknya dengan memperluas kerjasama dengan mitra yang lebih besar, serta
mengukur retention atau seberapa
banyak konsumen yang melakukan repeat
order dan menjaga loyality konsumen
agar menjadi pelanggan setia Trafeeka Coffee.
Unfair Advantages
Unfair adventages merupakan satu atau dua hal berupa kelebihan produk yang membuat
kompetitor sulit untuk mengikuti bisnis Trafeeka Coffee. Yang merupakan
kelebihan produk yang dimiliki Trafeeka dan tidak dimiliki kompetitor adalah
formula produk, kualitas biji kopi yang dihasilkan, serta service dan SDM. Pelayanan yang ditawarkan memiliki sistem sharing yang berarti konsumen bebas
memberikan masukan dan saran, serta bebas request
additional pada kopi yang merak pesan namn masih dengan takaran formula
yang sudah ditetapkan. Selain itu, Trafeeka melakukan pelatihan khusus kepada team agar tercipta SDM yang memiliki
potensi setiap masing-masing orangnya dan memiliki peran untuk pengembangan
bisnis kedepannya.
Customer Journey
Customer
journey membantu membangun peta perjalanan yang mendokumentasikan setiap
proses, kebutuhan pelanggan dan interaksi sepanjang proses, serta beragam emosi
yang dialami oleh pelanggan. Manfaat dari pembuatan customer journey canvas ini antara lain, untuk memahami hal – hal
yang dialami pelanggan dari sudut pandang mereka, untuk membangun empati
pelanggan dan untuk membuat atau mendesain ulang interaksi dengan pelanggan
(Stucki, 2017). Berikut hasil akhir perancangan customer journey yang disajikan pada gambar dibawah ini.
Peta perjalanan
konsumen pada tahap ini terfokus pada pengalaman yang dialami konsumen dalam
menikmati produk, dari mulai mengenal produk, melihat kemasan, hingga menikmati
produk. Dimulai dari kesan pertama konsumen terhadap kopi susu rempah Trafeeka
Coffee, yaitu produk baru dengan poin 2. Konsumen menilai bahwa produk unik,
dan merupakan inovasi baru dibandingkan dengan produk sejenis pada pasaran.
Poin meningkat karena nilai sudah tersampaikan kepada konsumen dimana inovasi
produk kopi susu rempah dinilai unik dan sudah dikenal. Kemasan memiliki poin
1, meningkat jika dibandingkan dengan rancangan sebelumnya, karena kesalahan pada
kemasan sudah dilakukan re-desain dan reprint
agar lebih menarik. Produk variatif memiliki poin 1, karena dilakukan
pengembangan produk non kopi yaitu susu rempah, matcha latte dan cokelat yang secara keseluruhan masih menggunakan
sirup rempah, berdasarkan permintaan konsumen yang ingin menikmati sensasi
sirup rempah namun tidak menyukai kopi.
Warna produk memiliki poin 2,
setelah dilakukan perbaikan pada formula produk, yaitu pada tahap sebeumnya
komposisi susu yang mendominasi menyebabkan warna produk terlalu terang dan
tidak menarik. Formula pada poin 1 memiliki peningkatan karena konsumen sudah
menyukai perubahan formula yang telah dilakukan. Rasa kopi memiliki poin 2,
karena karakteristik kopi spesialty Tapanuli
Utara disukai oleh konsumen, dimana rasa kopi yang strong, dengan body yang
tebal, serta terdapat rasa acidity buah
beri yang unik menjadi nilai tambah pada produk kopi susu rempah Trafeeka
Coffee. Tekstur memiliki poin 1, karena sudah dilakukan perbaikan formulasi.
Rasa enak memiliki poin 3, karena salah satu tujuan pengembangan produk yaitu
memiliki formula yang enak dan disukai konsumen sudah berhasil dilakukan, serta
formula menjadi value Trafeeka yang
tidak dapat ditiru oleh kompetitor. Terakhir aftertaste disukai memiliki poin 2, aftertaste ketiga rasa rempah disukai konsumen karena unik dengan hint kayumanis pada lidah dan sedikit
hangat ditenggorokan. Salah satu poin yang masih perlu dilakukan perbaikan
adalah branding knowledge dengan poin
0, karena edukasi produk kurang, masih terdapat konsumen yang belum merasakan value yang ingin disampaikan.
Empathy Map
Empathy
map dapat digunakan untuk membantu dalam diskusi mengenai kebutuhan
konsumen. Penggunaan empathy map
memungkinkan untuk berfokus pada hal apa yang akan diamati dan hal apa yang
dapat disimpulkan tentang keyakinan dan emosi kelompok konsumen yang berbeda.
Mengembangkan pemahaman yang lebih baik dengan empathy map membantu mensintesis hasil observasi dan memanfaatkan
pemahaman baru yang tak terduga (Gray, 2017). Hasil tool empathy map didapatkan dari diskusi dan peta perjalanan yang
dialami oleh konsumen pada tool customer
journey, dengan cara mengamati, melihat dan merasakan dari sudut pandang
konsumen dalam mengkonsumsi produk kopi susu rempah Trafeeka Coffee yang
ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Hearing
Hearing merupakan apa-apa saja yang
didengar oleh konsumen, seperti apa atau siapa yang mempengaruhi konsumen
hingga membeli produk, dan apa tanggapan konsmen mengenai produk yang
dibicarakan. Sebagian besar konsumen beranggapan bahwa kopi susu rempah
merupakan inovasi baru, karena menggunakan sirup rempah dan kopi khas Taanuli
Utara. Hal tersebut yang membedakan produk Trafeeka dengan kompetitor sehingga
menarik minat konsmen untuk membeli produk.
Thinking & Feeling
Thinking & feeling berfokuskan pada apa-apa saja yang
dirasakan oleh konsumen, manfaat apa yang diharapkan dari produk yang
ditawarkan. Dalam kasus ini, konsumen merasa bahwa produk memberikan experience baru, yaitu aftertaste yang unik membuat konsumen
bertanya-tanya mengenai rempah yang digunakan. Hal tersebut memberikan
pengalaman baru bagi konsumen untuk menikmati minuman kopi susu dengan rasa
yang unik. Namun, beberapa konsumen
masih kebingunan terkait deskripsi produk pada kemasan, sehingga perlu
dilakukan edukasi produk kepada konsumen yang dapat dilakukan oleh seluruh team Trafeeka Coffee.
Seeing
Blok seeing merupakan hal-hal yang dilihat
oleh konsumen, berupa tanggapan mengenai visualisasi produk. Setelah dilakukan
perbaikan, respon konsumen terhadap kemasan adalah, font tulisan pada kemasan lebih jelas dan mudah dibaca, tidak
berbayang, dan terlalu kecil. Selain itu, Respon konsumen terhadap warna produk
adalah sudah sesuai, tidak berwarna cokelat terang, maupun terlalu gelap sama
dengan produk kopi susu di pasaran.
Saying
Saying berfokus pada hal-hal yang
dikatakan konsumen, mengenai informasi dan manfaat apa yang didapatkan setelah
mengonsumsi produk. Dalam hal ini, terdapat tanggapan konsumen mengenai formula
produk dan saran untuk pengembangan produk kedepannya. Menurut konsumen,
Trafeeka Coffee perlu mematenkan dan menjaga konsistensi formula produk, serta
perlu dilakukan kerjasama penjualan dengan menyalrkan produk ke outlet untuk memperluas pasar dan
mempermudah konsumen di luar wilayah Jatinangor untuk membeli produk.
Verifikasi
Menurut Blank dan Dorf
(2012), terdapat dua hal yang perlu diverifikasi, yaitu kesesuaian produk
terhadap pasar, serta cara produk mencapai pelanggan. Pada tahap verifikasi hal
yang dilakukan yakni melihat keseluruhan elemen pada tool lean canvas serta masukan untuk perbikan produk dari hasil market testing. Hasil dari tahapan ini
adalah untuk mengetahui segi kelayakan produk dari tool lean canvas yang sudah dirancang, serta penerimaan produk
apakah formula produk disukai konsumen atau tidak. Proses verifikasi dilakukan
sesuai dengan kebutuhan, jika hasil verifikasi menunjukkan tool lean canvas belum sesuai maka perlu dilakukan perubahan pada tool lean canvas hingga dilakukan
pengujian kembali ke tahap awal. Namun,
apabila sudah sesuai dan tingkat penerimaan produk meningkat, maka pengembangan
produk ini dapat dilanjutkan ke tahapan proses Minimum Viable Product selanjutnya hingga.Hasil perbaikan produk pada uji
hedonik yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa produk kopi susu rempah hasil
perbaikan formula telah disukai oleh konsumen, sehingga tujuan penelitian ini
sudah terpenuhi dengan telah ditemukannya formula yang disukai oleh konsumen
pada tahap MVP 3dan value berhasil
disampaikan. Perbandingan tingkat penerimaan produk berdasarkan kesukaan
konsumen terhadap setiap atribut produk pada setiap tahap MVP mengalami
peningkatan dari keterangan agak suka menjadi suka. Hasil akhir formula yang
disukai konsumen memiliki deskripsi sebagai berikut : produk memiliki warna
cokelat terang yang menarik; taste pada
produk berupa aroma kopi khas Tapanuli Utara yang kuat dengan aftaste rasa kayu manis serta sensasi
sedikit hangat ditenggorokan yang disukai oleh konsumen; rasa kopi susu rempah
memiliki komposisi seimbang antara tingkat kemanisan, rasa kopi, serta rasa
susunya; dan tekstur produk tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair,
tekstur berhasil diseimbangkan dengan dengan perbaikan komposisi bahan yang
digunakan, pemilihan merk krimer yang tepat.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan hasil
yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya, hasil rancangan tool lean canvas untuk perbaikan formula
produk melalui proses iterasi dengan tiga tahap Minimum Viable Product (MVP) sudah tepat bagi startup Trafeeka Coffee. Pengujian MVP telah tercapai, karena
berhasil menemukan formula produk yang disukai oleh konsumen dengan
meningkatkan nilai kesukaan konsumen terhadap produk pada setiap tahapan
MVP-nya. Produk yang disukai konsumen juga berhasil meningkatkan penjualan
produk kopi susu rempah setiap periodenya. Selain itu, value berupa experience baru
dalam minum kopi susu dengan aftertase unik
dari sirup rempah tersampaikan, dan
terciptanya menu varian baru (produk non kopi) yang menunjukkan bahwa strategi
pengembangan produk menggunakan lean
canvas pada stratup Trafeeka
Coffee telah tepat.
Saran
Saran yang dapat diberikan penulis
dari hasil penelitian ini yaitu, strategi pengembangan produk dengan proses
evaluasi Minimum Viable Product yang
dibantu dengan uji kesukaan pada market
testing sebanyak tiga kali pengulangan sudah tepat, karena mampu menemukan
formula yang disukai konsumen, menyampaikan value,
dan dapat meningkatkan penjualan, sehingga penelitian ini dapat dijadikan
rujukan atau acuan untuk pengembangan produk pada perusahaan startup lainnya di bidang usaha
sejenis.